NUNUKAN – Warga Kecamatan Sebatik meminta wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional segera menyelesaikan tapal batas Indonesia dengan Malaysia di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan.
Karena itu, menjawab harapan masyarakat, Surya Tjandra, S.H.,LL.M dan Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan Serfianus, S.IP.,M.Si mendampingi Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional itu berkunjung ke Sebatik berdialog langsung dengan masyarakat membahas pergeseran patok negara antar kedua negara sebagai bentuk Penyelesaian OBP (Outstanding Boundery Problem) Indonesia – Malaysia.
Agenda sosialisasi ini Sosialisasi sebenarnya akan dilaksanakan esok hari, Rabu (24/03) dengan menghadirkan Lembaga negara lintas sektor seperti Kemendagri, BNPP, Kemenlu, Kemenhan, Kemenkeu, Kemen PUPR, Mabes TNI, Pemprov Kaltara, unsur Forkopimda Kabupaten Nunukan, Pemkab Nunukan dan masyarakat yang terdampak.
Namun Surya Tjandra beserta rombongan bergegas ke Pelabuhan Sungai Nyamuk, dan langsung meninjau beberapa titik patok yang sudah bergeser, diantara Patok 1 RT. 03 Desa Seberang Sebatik Utara dan Patok 3 Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah, Selasa, (23/03).
Sejumlah Kepala Desa pun menyambut kedatangan Pemerintah Pusat itu. Meski cuaca tidak bersahabat, tak menyuritkan semangat masyarakat bertemu dengan wakil menteri tersebut.
Satu persatu membawa harapan dengan menanti sebuah jawaban, kapankah patok perbatasan itu usai morat marit, yang hingga kini masuk wilayah Malaysia.
Harapan masyarakat tersebut disampaikan oleh Kades Desa Seberang Kec. sebatik Utara H. Hambali yang mengaku telah mendata warganya sebanyak 27 Kepala Keluarga yang terdampak dan datanya telah dikirimkan ke pemerintah pusat.
“Ada 3 rumah yang bersertifikat, yang lainnya berupa sawah dan kebun, jadi disini kami meminta peran pemerintah pusat, bagaimana upayanya agar kita yang di wilayah perbatasan yang sudah kena dampak bergesernya patok negara ini, apalagi untuk hasil pertanian dan perkebunannya diambil Malaysia,” ungkap H. Hambali.
H. Hambali juga menuturkan bahwa bukan hanya pertanian dan perkebunan saja, tetapi juga sebuah rumah sewa 13 pintu milik warga juga telah masuk ke wilayah Malaysia. Untuk itulah H. Hambali mewakili warganya menyampaikan keluhan tersebut dengan harapan mendapat titik terang.
“Tolong kami yang di wilayah perbatasan agar diperhatikan pak, kalau Malaysia ‘halau’ atau usir, bagaimanalah kami, apalagi kalau mau membeli tanah di Indonesia sangatlah mahal”, ujar H. Hambali.
Mendengar curhatan tersebut, Wamen meminta semua untuk hadir esok hari untuk di bahas bersama.
“mudah mudahan bagus sinyal besok, kita bersama orang Jakarta untuk bergabung dalam pembahasan tersebut,” ungkap Wamen. (Adv)