Oleh : DANNY GAIDA TERA ELGAR, S.H
OPINI – Hambalang semakin dingin sore itu. Gerimis mengantarkan senja yang terus menyusup kelembah-lembah. Entah dari mana, suara terompet mendayu-dayu sayup terdengar dari barak kami. Anak-anak muda itu berdiri tegak diam dimanapun mereka berada. Menghormat bendera tanda cinta kepada nusa dan bangsa.
Anak-anak muda itu, Prabowo menyebut mereka dengan nama Gerindra Masa Depan (GMD).
Setelan seragam loreng dengan design ciamik berbahan licin membuat penampilan mereka tampak gagah. Rapih dengan logo kepala garuda. Tulisan Sekolah Kader tertera disekitaran bahunya.
Kini sebagian dari mereka aktif sebagai Tenaga Ahli DPR RI, Aspri, dan lain-lain. Badan mereka tampak tegap berisi. Wajah mudanya memancarkan aura masa depan yang penuh harapan. Sebagian besar dari mereka masih belia. Belum lagi menikah. Tutur kata anak-anak muda ini sederhana, jelas, layaknya para perwira memberikan arahan-arahan pada pasukannya.
Memang Prabowo memiliki cara baca yang paripurna. Bonus Demografi dibaca sebagai sebuah potensi yang dapat digunakan untuk menyongsong masa-masa kebangkitan.
Kaderisasi mesti dibangun dengan saksama. Banyak teori yang menyatakan bahwa Tahun 2045 Indonesia akan memasuki masa keemasan yang gemilang.
Dan ketika ini terjadi, Prabowo telah mempertegas perannya dalam membangun PRA-KONDISI untuk kalangan anak-anak muda ini.
Pergantian pemimpin di negara demokrasi seperti Indonesia harus berjalan sejuk, tenang, aman, damai, dan tidak menimbulkan perpecahan. Saat masyarakat dihadapkan pada persaingan kelompok yang saling bertentangan secara ekstrem, kita membutuhkan anak muda sebagai jalan tengah yang bisa mempersatukan bangsa.
Kegandrungan Anak Muda pada persatuan dan kepentingan rakyat sudah terekam jelas dalam sejarah bangsa sejak Sumpah Pemuda 1928.
Anak muda jangan menjadi tipe pemimpin yang menaruh dendam, sakit hati, berkhianat, dan menghalalkan segala cara demi kekuasaan.
Anak Muda juga harus menjadi negarawan yang bisa meletakkan seluruh ego dan kepentingan pribadinya saat negara memanggil.
Memang sikap kenegarawanan seringkali disalah pahami oleh sebagian kecil orang yang berpandangan sempit sebagai bentuk pengkhianatan dan haus kekuasaan.
Mereka lupa bahwa kepentingan Tanah Air tak bisa ditawar, apalagi dengan harga nyawa anak bangsa.
Prabowo selalu berpesan, kita harus memisahkan antara urusan pribadi dan urusan negara, dan tidak membiarkan perbedaan pendapat mengganggu kerjasama dan hubungan baik dengan rekan seperjuangan maupun rival di masa lalu.
Prabowo Subianto selalu menegaskan tentang pentingnya politik yang santun dan terhormat. Pesan itu kembali ia tekankan pada Hari Ulang Tahun ke-15 Partai Gerindra di Ragunan, Jakarta Selatan, 6 Februari 2023.
Gerindra Masa Depan (GMD), kata Prabowo, harus menjadi contoh politik yang benar, politik yang santun, politik yang terhormat, politik yang tidak mencela, politik yang tidak menipu.
Atas dasar prinsip itu pula, Prabowo untuk kesekian kalinya tidak pernah ragu untuk memuji kepemimpinan Presiden-Presiden Republik Indonesia sebelumnya. Pujian itu tidak berangkat dari keinginan untuk menyenangkan atau menjilat atasan, tetapi dari prinsip bahwa seorang Pejuang Politik harus berani mengatakan yang benar itu benar, dan yang tidak benar itu tidak benar.
Pesan Prabowo itu penting kita sebarluaskan di tahun pemilu saat ini. Politik bukanlah arena untuk melakukan caci maki, black campaign, fitnah, atau saling menjatuhkan. Sebaliknya, politik harus menjadi contoh bagi masyarakat akan hal-hal baik dan benar.
Tulisan ini adalah ikhtiar GMD untuk memenangkan prinsip politik santun dan terhormat. Anak Muda harus setia kepada kawan, menghormati lawan, memegang teguh prinsip kebenaran dan kehormatan, menguasai masalah nasional dan internasional, mengerti kekurangan dan pencapaian pemerintahan, dan berkomitmen untuk memperbaiki dan melanjutkannya.
Mari kita mengajak seluruh anak muda untuk berikhtiar menyebarkan kebaikan. Kita sadar, di masa sekarang ini dan hingga pemungutan suara nanti, akan selalu ada kelompok yang menebar kebencian, perpecahan, fitnah, dan hoax.
Namun, kita tak boleh ciut, tak boleh kalah.Seperti pesan Prabowo Subianto, kita harus teguh berada di jalan yang benar.
Seorang kesatria diukur bukan karena dia jatuh, tapi diukur dari setelah jatuh apakah dia bisa bangkit kembali atau tidak, bukan berapa kali kita jatuh tapi berapa kali kita berdiri kembali.
Saya berharap, tulisan ini bisa menjadi suluh kebenaran dan penyejuk. Dengan demikian, masyarakat sampai tingkat paling bawah bisa mulai peduli untuk mencari fakta yang sebenarnya, dan terhindar dari maraknya berita bohong.
Saya akan sangat senang jika ada di antara pembaca yang menyebarkan tulisan ini kepada orang-orang terdekatnya. Tentunya, penyebarannya harus dilakukan secara baik, etis, dan pantas pula. Ingat kata Gus Dur, “Negara Ini Tidak Kekurangan Orang Pintar, Tapi Kekurangan Orang Jujur.”
Semoga saya dapat terus mempertajam pengetahuan tentang berbagai masalah besar bangsa. Segala hal yang menjadi Paradoks di negeri ini harus menjadi fokus utama untuk di inventarisasi.***
Penulis adalah : Korps Gerindra Masa Depan (GMD) Angkatan XII – Kabupaten Semarang, Jawa Tengah