Press "Enter" to skip to content

Peringati Hari Ibu, KNPI Nunukan Seminar Perempuan.

NUNUKAN, marajanews.id – Merangkai peringatan hari Ibu pada desember 2023, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Nunukan menggelar Seminar Perempuan, Minggu (31/12/23) di Sayn & Restro Nunukan.

Urgensi Penanganan Kekerasan Seksual Dilingkungan Masyarakat : Cegah, Kenali dan Laporkan menjadi tema dalam seminar tersebut.

Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KNPI Kabupaten Nunukan, Sri Astika, S.E.,M.Ak mengatakan, banyak kasus kekerasan seksual di Nunukan menjadi perhatian KNPI sehingga perlu menindaklanjutinya dengan cara edukasi melalui seminar.

“ KNPI memonitoring informasi media, baik media cetak maupun elektronik, dari sejumlah informasi yang kami terima sepertinya KNPI harus berperan melakukan pendampingan korban sekaligus mengedukasi masyarakat agar mampu mencegah sedini mungkin jangan ada kasus seperti ini,” kata Sri Astika.

Menurutnya, transformasi digital mengalami peningkatan tentu ini menjadi paradoks tingginya penggunaan internet ataupun teknologi digital.

Hal itu mengakibatkan tindakan kekerasan atau kejahatan cyber yang juga mengalami peningkatan, salah satunya kekerasan seksual.

“ Inilah yang salah satunya melatarbelakangi KNPI Nunukan bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak menyelenggarakan Seminar Perempuan dalam upaya mengedukasi masyarakat mencegah dan menangani Kekerasan Seksual di Lingkungan Sosial”, tambahnya.

Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Endah Kurniawatie, S.Psi dan dr. Erlina Ari Windyareski, SpDVE, M.Kes.

Kedua narasumber ini berkompeten mengedukasi peserta karena memililiki pengalaman menangani langsung korban hingga tuntas di meja sidang.

Sri Astika menambahkan, masalah bullying, body shaming, dan sebagainya, juga menjadi probelm yang mengarah pada kekerasan seksual, menurutnya, sebagai generasi muda harus memiliki etika yang baik dalam menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan lainnya, baik berkomunikasi secara langsung ataupun di ruang-ruang media di media digital.

“ KNPI Nunukan khususnya Bidang Perlindungan anak dan Perempuan dan Narasumber berkomitmen membekali dan mendampingi masyarakat Nunukan, terkait upaya-upaya perlindungan terhadap kejahatan kekerasan seksual ini, jangan takut jika terjadi peristiwa yang menimpa perempuan dan anak, segera laporkan kepada Kami,” tegas Sri Astika.

Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak DSP3A Nunukan, Endah Kurniawatie, S.Psi.
Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak DSP3A Nunukan, Endah Kurniawatie, S.Psi.

Dikesempatan yang sama, Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak DSP3A Nunukan, Endah Kurniawatie, S.Psi menjelaskan, Pelecehan seksual sering kali menjadi permasalahan yang tersembunyi.

Korban biasanya enggan untuk melaporkan pengalamannya, kejadian ini dapat terjadi di mana saja, selain di lingkungan sosial juga pada institusi pendidikan termasuk perguruan tinggi.

Perbuatan pelecehan atau kekerasan seksual dapat mengakibatkan banyak hasil negatif, seperti depresi, gejala PTSD, penurunan kesehatan mental, perasaan isolasi dan ketidakberdayaan, rasa bersalah dan malu atas diri sendiri, sehingga insomnia.

“ Sejumlah kasus yang telah kita tangani, korban cenderung menutupi apa yang terjadi pada dirinya sehingga informasi yang kita harapkan tidak maksimal, namun kita tetap berupaya melakukan pendekatan persuasif sehingga korban bisa menyampaikan peristiwa yang dialaminya hingga pada pemulihan psikologi agar tetap bergaul di lingkungan masyarakat,” jelas Endah.

Indonesia saat ini darurat kasus kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Hampir setiap hari melihat banyaknya berita kekerasan hingga pelecehan seksual pada perempuan.

Berdasarkan data (KEMENPPA) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terdapat jumlah korban kekerasan terhadap perempuan di Indonesia berjumlah 11.759 dalam Januari 2022 sampai saat ini.

Berbagai peristiwa kekerasan yang dialami perempuan terus terjadi. Sebagian dari mereka selalu disiksa, pemaksaan melalui sex dengan kekerasan, atau perlakuan kejam disepanjang hidupnya.

“ Dibutuhkan keberanian yang kuat dalam diri seseorang untuk menghadapi dan melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya, itu kata kuncinya, jadi bukan hanya kami tetapi masyarakat juga perlu melibatkan diri, segera laporkan jika ada kasus kekerasan terhadap perempuan, jangan hanya diam,” tegasnya.

dr. Erlina Ari Windyareski, SpDVE, M.Kes.
dr. Erlina Ari Windyareski, SpDVE, M.Kes.

Sebagai narasumber dalam kegiatan Seminar Perempuan KNPI Kabupaten Nunukan, dr. Erlina Ari Windyareski, SpDVE, M.Kes. mengatakan, Tindakan kekerasan seksual mempengaruhi kesehatan seksual perempuan.

Kekerasan seksual tidak hanya berdampak pada organ reproduksi secara fisik, namun juga berdampak pada kondisi psikis atau mental korban.

“ Disini kapasitas saya sebagai tenaga medis, konsulan lanjutan ketika menemukan korban ataukah pelaku, tidak sedikit ini kainnya dengan kesehatan reproduksi, jadi kita lebih kearah ke beberapa penyakit yang mungkin muncul sebagai salah satu kontak seksual yang diinginkan,” kata dr. Erlina.

Ia menambahkan, Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi meliputi Faktor sosial-ekonomi dan demografi, kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang perkembangan seksual dan reproduksi.

Hal ini kata dr. Erlina kekerasan seksual ini tentu sangat berhubungan dengan kesehatan, dan dampak traumatis yang berbeda pada seseorang dan dapat menjadi sangat mengkhawatirkan karena dapat menimbulkan dampak jangka panjang di sepanjang kehidupan.

“ Yang kita tidak ingikan ketika berakhir ke kematian, beberapa kasus itu orang tua tidak ingin dilaporkan dan melaporkan, ini memang perlu kebersamaan kita tidak hanya satu waktu menangani usah selesai, tapi harus ada pengawasan dan evaluasi sehingga individu yang mengalami kekerasan seksual ini bisa kembali kemasyarakat dan diterima dilingkungan sosial,” ungkapnya.

Melalui kegiatan yang digelar KNPI Nunukan tersebut, sangat positif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga mereka mampu mencegah sedini mungkin kekerasan seksual sekaligus melaporkan peristiwa yang dialaminya.

“ kegiatan ini sangat positif atau dibuat yang lebih baik nambah lagi kegiatan, ataukah membuat kelompok kajian yang membahas perempuan untuk mendapatkan diskusinya lebih luas,” tutupnya.#m01

Bagikan :