PANDEMIK Covid 19 belum juga berakhir, memaksa guru sekolah mengubah skema pembelajaran siswa dari tatap muka menjadi metode daring, menyebabkan banyak orang tua siswa terbebani dan tidak paham dengan system pembelajaran ini, apalagi mendampingi anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Di desa Lancang Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan tampak kedai yang setiap paginya dikerumuni anak anak, duduk di kursi warung berjejer sambil membuka lembaran buku didampingi ibu pemilik warung.
Anak anak tampak serius menatap gadged pemilik warung yang berada dihadapanya diatas meja warung itu. bukan game online yang mereka tatap tetapi menyimak pelajaran yang sedang dijelaskan sebelum guru memberikan tugas.
Sejak Pandemik Covid 19 dan pemberlakukan PPKM level 4, kegiatan ini terus berlangsung, pemilik warung tak keberatan kala anak anak itu datang, meski mereka tak jajan, malah disediakan camilan agar mereka serius belajar pelajaran matematika di gadget itu.
Inilah yang dilakukan Subriana, ibu rumah tangga di desa lancang Kabupaten Nunukan, kepeduliannya mendampingi siswa TK dan SD seakan tak pernah putus dan pupus walau pendidikannya kandas di Sekolah Menegah Pertama.
Ditengah pembelajaran daring, orang tua siswa di desa itu tak banyak waktu mendampingi anaknya karena kesehariannya sebagai buruh rumput laut, sehingga menitipkan putra putri kesayangannya ke Subriana pemilik warung.
Desa Lancang kelurahan Nunukan Selatan sebuah kampung yang diapit perbukitan dan pesisir pantai Kabupaten Nunukan, mayoritas warganya bekerja sebagai buruh budidaya rumput laut dan nelayan, terpaksa meninggalkan anaknya pagi hari untuk sebuah tanggungjawab menghidupi keluarga.
Orang tua didesa itu mempercayakan Subriana agar anak anak mereka didampingi saat mengerjakan tugas demi mengejear ketertinggalan mata pelajaran di Sekolah.
“ Terkadang Warga disini membelikan paket data untuk anak anak belajar tapi saya tolak, ada yang mau bayar juga saya tolak, saya lakukan ini agar anak anak disini bisa mengejar ketertinggalan mata pelajarannya selama ini,” kata Subriana, Jumat (11/3).
Biasanya satu jam pelajaran berlangsung, anak anak diminta menyelesaikan tugas, giliran Subriana berperan sebagai guru dihadapan anak anak itu.
Dengan kemampuan seadanya, Subriana mebantu siswa TK dan SD itu mendapat nilai baik dengan manfaatkan mesin pencari yang tersedia di internet.
Kepedulian Subriana terhadap pendidikan anak usia dini menjadi perhatian utama, menurutnya mereka adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah di masa pandemik covid 19.
Tidak tersedianya jaringan internet di desa itu dan kurangnya tenaga pendidik, Subriana mengambil peran mendampingi pembelajaran online, ia menyisihkan hasil jualan perbulan agar anak anak di warungnya itu tetap belajar secara daring.
“ Kita sangat mengharapkan perhatian pemerintah, terutama akses jaringan internet di desa ini,” Kata Subriana.
Selain terbatasnya jaringan internet, pemahaman penggunaan teknologi digital masih menjadi beban orang tua, apalagi tidak semua warga memiliki perangkat ponsel android dan Laptop didesa tersebut.
Karena itu Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan akan memprogramkan Pembelajaran Jarak jauh dengan metode jemput bola, dengan cara guru berkunjung ke rumah masing-masing siswa, agar proses belajar mengajar tetap efektif dan merata.
“ Kita akan melakukan pemetaan RT yang belum terjangkau jaringan internet dan mendata orang tua yang tidak memiliki HP android di desa lancang, setelah itu guru pada satuan pendidikan akan mendatangi siswa dirumah masing masing, agar proses belajar mengajar anak didik tetap efektif,” kata Akhmad, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nunukan .
Metode Pembelajaran Jarak Jauh
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan, metode pembelajaran jarak jauh tidak hanya dilakukan secara daring, namun dapat juga dilakukan dengan beberapa metode, selain pembelajaran mandiri, tugas kontekstual, kolaborasi dan refleksi personal, dinas pendidikan akan menjadwalkan skema pembelajaran jarak jauh, jemput siswa di rumah masing-masing
Kadisdikbud mengakui skema tersebut belum merata di setiap wilayah pedesaan di Kabupaten Nunukan, karna masih kurangnya tenaga pengajar di satuan pendidikan sehingga ada beberapa desa tidak terjangkau, seperti Desa Lancang Kelurahan Nunukan Selatan yang jaraknya sekira 30 kilometer dari pusat kota.
Metode pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring dan kunjungan guru kerumah siswa sudah menjadi hasil evaluasi dan koordinasi tim gugus tugas Covid 19 di Kabupaten Nunukan bersama kepala sekolah. Skema ini merupakan harapan agar setiap siswa tetap melakukan aktifitas belajar dirumah masing-masing.
“ kita tidak sepenuhnya menerapkan sistem daring, karena tidak semua orang tua siswa penghasilnnya sama, berdasarkan pendataan dari satuan pendidikan ada satu keluarga memiliki tiga anak namun keterbatasan fasilitas ponsel android dan laptop, proses belajar siswa tidak efektif,” ujar Akhmad saat ditemui diruang kerjanya.
Saat ini Disdikbud terus memantau pembelajaran daring di Kabupaten Nunukan, dan mendata warga desa belum mampu memenuhi fasilitas metode pembelajaran tersebut, pemerataan dan penjadwalan kegiatan belajar dengan metode jemput siswa terus menjadi evaluasi hingga pandeemik covid 19 berakhir.
Upaya yang dilakukan salah seorang warga dsesa lancang menjadi perhatian disdikbud, yang ikut serta berjuang mengatasi pendidikan anak anak di desa tersebut demi mencerdaskan kehidupan bangsa di batas Negeri.***
Penulis : Taufik